Kementan dan Stakeholder Gerak Cepat Atasi Kekeringan di Indramayu

Indramayu: Dampak El Nino terlihat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk lahan pertanian di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
 
Kekeringan telah menyebabkan pasokan air irigasi menurun dan menyulitkan petani selama mengelola tanaman padi. Bahkan, sejumlah lahan yang sudah siap untuk ditanami tidak kebagian air dan sengaja ditinggalkan oleh petani.
 
Menanggapi hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) langsung bergerak cepat mengatasinya. Salah satunya dengan optimalisasi pasokan air yang ada untuk membantu pertumbuhan padi.

Click to Expose

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Rahmanto menjelaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan seluruh instansi terkait serta dengan petani.
 
“Nanti kita kawal agar PJT (Perum Jasa Tirta) II bisa menambah pasokan air irigasinya dan para petani lebih hemat dalam menggunakan irigasi supaya kondisi debit air yang sedikit ini bisa mencukupi Agar tanaman tidak ada yang mengalami puso. Harapan kita untuk mengawal pembagian air secara giliran supaya nanti ditaati. Prinsipnya adalah petani harus taat terhadap jadwal giliran air yang telah ditentukan oleh PJT II ,” kata Rahmanto, melalui keterangan pers, Minggu, 13 Agustus 2023.
 
Rahmanto menambahkan, pihaknya siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.
 
“Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai, air tanah maupun mata air,” ujarnya.
 
Dia juga menyebut, petani serta Dinas Pertanian setempat harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini. Salah satu upayanya adalah pengawalan gilir giring, penanganan illegal pumping, dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam.
 
Intinya, jika daerah-daerah yang terancam kekeringan memiliki sumber air, maka akan dibantu dengan pompa dan pipa.
 
“Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya,” ujarnya.
 
Kementan dan Stakeholder Gerak Cepat Atasi Kekeringan di Indramayu
 
Rahmanto turun langsung meninjau keadaan lapangan bersama Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sugeng Heryanto beserta jajaran PUPR,  jajaran BBWS Cimancis, Camat Losarang, dan para pengamat pengairan di areal lahan pertanian Desa Ranjeng.
 
“Kita bersama-sama dengan seluruh stakeholder melihat kekeringan yang ada di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang. Kebetulan kunjungan kita juga dihadiri oleh Dirjen PSP dari Kementrian pertanian,” kata Sugeng Heryanto.
 
“Kegiatan ini sesuai perintah dari ibu Bupati Indramayu Hj. Nina Agustina, SH. MH. CRA untuk  memonitor adanya persoalan kekeringan sawah. Dan tadi memang kita lihat ada banyak sawah yang kondisinya terkena kekeringan di Desa Ranjeng ini,” lanjutnya.
 
Menurut Sugeng, adanya kekurangan pasokan air yang ada di Desa Ranjeng ini salah satu diantaranya karena debit air yang berasal dari DI Rentang. Juga kendala lainnya adalah menghadapi anomali iklim, El Nino, kemudian ada diantaranya sedimentasi yang sudah tinggi.
 
“Saya sekarang sedang ada di pintu BT 19 untuk melihat dan menyusuri sampai dimana keadaan pasokan air untuk pertanian. Hari ini Desa Ranjeng dapat giliran. Mudah-mudahan dengan ini, kita akan coba upaya semampu kita. Dan harapannya semua stakeholder bergerak, masyarakatnya bergerak membantu merawat irigasi, tidak membuang sampah sembarangan, dan kami akan semaksimal mungkin berkontribusi bagaimana sawah ini selamat kabeh (semua)” tuturnya.
 
Sugeng mengaku sudah intens berkoordinasi dengan PJT II dan BBWS dalam mencukupi kebutuhan air lahan pertanian.
 
“Kita koordinasi dengan PJT II dan BBWS. Kita pun juga selalu mengevaluasi dengan teman-teman UPTD, PPL terkait perkembangan tanaman. Mana yang kurang airnya? Mana yang sudah cukup? Termasuk juga edukasi kepada masyarakat yang kurang tertib,” katanya.
 
Dia menilai banyak masyarakat yang memasang pompa sendiri untuk kebutuhan masing-masing. Sehingga hal ini dianggap mengganggu penyaluran air yang sudah dijadwalkan.
 
“Ini pun juga kita terus berikan binaan kepada mereka agar pada saat mengambil air sesuai dengan jadwal hilirnya. Kami selalu berkomunikasi dengan petani-petani. Sekarang juga kita memberikan edukasi kepada masyarakat melalui para kepala desa takutnya agar tadi itu yang memang prinsip pembagian air ini menjadi ranah di bawah Desa masuk ke irigasi tersier,” ucapnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(ROS)

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *